METROSERGAI.COM, Medan– Pengamat Ekonomi Sumatera Utara Muhammad Asyari, menilai Gubernur Sumatera Utara M. Bobby Afif Nasution memiliki kemampuan komunikasi dan kepemimpinan yang kuat dalam merangkul seluruh pihak untuk menyelesaikan berbagai isu ketenagakerjaan di provinsi ini.
Ia menilai langkah Gubernur dalam memperjuangkan aspirasi buruh sekaligus menjalin komunikasi intens dengan pelaku industri merupakan pendekatan yang efektif dan strategis.
Asyari mengatakan, sikap terbuka Gubernur Bobby Nasution saat menerima serikat buruh beberapa waktu lalu merupakan contoh konkret kepemimpinan responsif.
Dalam pertemuan tersebut, Gubernur menegaskan komitmennya memperjuangkan kebijakan upah yang lebih baik bagi para pekerja.
“Ini menunjukkan bahwa Gubernur tidak menutup mata terhadap keluhan buruh. Beliau hadir, mendengar, dan memberikan ruang dialog yang sehat,” ujar Asyari.
Menurut pria yang juga Dosen di Universitas Battuta ini, apresiasi yang diberikan serikat buruh terhadap Gubernur menjadi bukti bahwa pendekatan dialogis yang dilakukan Bobby Nasution diterima positif oleh pihak pekerja.
Asyari menyebut bahwa hubungan yang harmonis antara pemerintah dan serikat buruh adalah fondasi penting dalam menjaga stabilitas ketenagakerjaan.
Selain merangkul buruh, Gubernur dinilai berhasil membangun komunikasi intens dengan pelaku usaha melalui kolaborasi bersama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumut dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo).
Ia menilai pola komunikasi yang dilakukan selama ini mampu mengantisipasi konflik serta mengurai isu-isu ketenagakerjaan secara bijak.
“Keseimbangan komunikasi ini sangat penting. Gubernur tidak hanya mendengar buruh, tapi juga memahami tantangan yang dihadapi pelaku industri,” kata pria lulusan S2 Universitas Prima Indonesia ini.
Asyari menilai keberhasilan Bobby Nasution menjaga dialog dua arah antara buruh dan pengusaha turut menciptakan ruang negosiasi yang adil.
Menurutnya, beberapa kebijakan terkait upah, perlindungan tenaga kerja, hingga penanganan isu perselisihan industrial dapat terselesaikan lebih cepat karena adanya pola komunikasi yang terjaga. Ia menilai hal tersebut sebagai refleksi dari kepemimpinan adaptif dan kolaboratif.












