“Terima kasih banyak. Terima kasih telah belajar bahasa Prancis dan terima kasih atas komitmen ini.
Saya sangat menghargai keberanian Anda membuat kalimat dalam bahasa Prancis,” ungkap Macron dengan penuh antusiasme.
Tak hanya Macron yang berinteraksi dengan para siswa. Presiden Prabowo pun turut menyapa mereka satu per satu, menanyakan asal matra dan tahun masuk mereka.
“Akmil berapa?” tanyanya kepada seorang siswa.
“Siap! Akmil 2020,” jawab siswa tersebut penuh semangat.
“Kamu?” lanjut Prabowo, menunjuk siswa lain.
“Siap! Pelaut kapal selam, Akmil tahun 2014,” sahutnya tegas.
Momen-momen interaktif ini menciptakan kedekatan antara para calon perwira dengan dua sosok pemimpin negara yang mereka hormati.
Kelas Bahasa Prancis bukan sekadar ruang belajar, tapi menjadi panggung bagi diplomasi budaya dan pertukaran semangat persahabatan antarbangsa.
Setelah meninjau kelas, Prabowo dan Macron melanjutkan agenda mereka dengan santap siang bersama para Taruna dan Taruni di Ruang Makan Hussein.
Hidangan yang tersaji menjadi simbol keakraban dan bentuk penghargaan bagi para calon perwira yang akan menjadi tulang punggung pertahanan bangsa di masa depan.
Kunjungan ini menandai hubungan bilateral yang semakin erat antara Indonesia dan Prancis, tidak hanya dalam bidang pertahanan dan politik, tetapi juga dalam pengembangan sumber daya manusia dan pendidikan.
Dan di Magelang, di sebuah ruang kelas sederhana, benih kolaborasi itu tumbuh dengan penuh semangat.(tmp)