Justru, semangat ini harus terus kita jaga dan jadikan sebagai kekuatan dalam membangun Sergai yang lebih maju dan sejahtera,” tambahnya.
Menjaga Harmoni dan Semangat Gotong Royong
Senada dengan Bupati, Wakil Bupati Sergai H. Adlin Tambunan juga menekankan pentingnya persatuan dan kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurutnya, Idulfitri bukan sekadar perayaan, tetapi juga momen untuk mempererat persaudaraan serta memperkuat rasa gotong royong.
“Idulfitri mengajarkan kita arti kebersamaan, kesabaran, dan saling memaafkan.
Mari kita manfaatkan momen ini sebagai awal yang baik untuk lebih peduli terhadap sesama, menjaga persatuan, dan terus menumbuhkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Adlin Tambunan juga mengajak masyarakat untuk menjadikan keberagaman sebagai kekuatan dalam membangun daerah.
Ia menegaskan bahwa Kabupaten Serdang Bedagai adalah rumah bagi semua warganya, tanpa membedakan latar belakang suku, agama, maupun budaya.
“Sergai ini milik kita semua.
Mari kita rawat kebersamaan dengan saling menghargai, menghormati perbedaan, dan bekerja sama dalam membangun daerah ini agar semakin maju dan harmonis,” tutur Wakil Bupati yang dikenal dekat dengan masyarakat ini.
Khutbah Idulfitri: Meneladani Sikap Pemaaf Nabi Muhammad SAW
Dalam kesempatan yang sama, khatib Salat Id, Dr. Faisal Riza, menyampaikan khutbah yang sarat makna.
Ia mengingatkan umat Islam untuk menjadikan Idulfitri sebagai momentum introspeksi diri, memperbaiki hubungan sosial, serta menanamkan sikap saling memaafkan.
“Idulfitri adalah hari kemenangan, bukan hanya karena kita telah berhasil menahan lapar dan dahaga selama Ramadan.
Tetapi juga karena kita mampu mengendalikan hawa nafsu dan membersihkan hati dari segala kebencian serta dendam,” ujarnya.
Sebagai dosen Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU), Dr. Faisal Riza juga mengangkat keteladanan Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi ujian hidup.
Ia menuturkan kisah Rasulullah yang tetap bersabar dan memilih jalan memaafkan meskipun mengalami berbagai penderitaan, termasuk kehilangan pamannya, Hamzah bin Abdul Muthalib, dalam pertempuran.