Ia menilai setiap perubahan besar selalu bermula dari gagasan yang kemudian disebarluaskan melalui informasi dan diskursus publik.
“Semua gerakan besar berawal dari the power of ideas. Ketika ide dituangkan menjadi informasi, ditulis, dan didiskusikan, di situlah lahir panduan bagi pers yang maju,” ujar Komaruddin.
Ia juga mengajak insan pers untuk tidak larut dalam arus persoalan, tetapi mampu mengelola dan menyelesaikan masalah secara metodologis.
Dengan tetap berpegang pada nilai-nilai kebenaran, kebaikan, keindahan, kedamaian, dan kemerdekaan.
Dialog nasional kemudian berlanjut pada sesi diskusi bertema “Media Baru Menuju Pers Sehat” yang membahas tantangan dan peluang pers digital.
Termasuk adaptasi teknologi serta penegakan etika jurnalistik di tengah derasnya arus informasi.
Diskusi dipandu oleh Prof. Dr. Taufiqurachman, A.Ks., Sos., M.Si., dengan menghadirkan sejumlah narasumber lintas sektor.
Antara lain Ketua Dewan Pakar SMSI Pusat Prof. Dr. H. Yuddy Crisnandi, Direktur Ideologi, Kebangsaan, Politik, dan Demokrasi Kementerian PPN/Bappenas Nuzula Anggerain, praktisi media baru Hersubeno Arief.
Ketua Umum AMSI Wahyu Dhyatmika, Wakil Ketua Umum SMSI Ilona Juwita, wartawan senior Aiman Witjaksono, serta Koordinator Wartawan Parlemen Dr. Ariawan.
Forum ini menjadi ruang strategis untuk meneguhkan kembali komitmen bersama dalam menjaga kualitas dan kredibilitas media, sekaligus memperkuat peran pers sebagai pilar keempat demokrasi di era media baru.(edwin)












