Meski demikian, Asyari memberikan sejumlah masukan agar penyelarasan kepentingan buruh dan pengusaha semakin optimal ke depan. Ia mendorong Gubernur untuk memperkuat forum komunikasi tripartit antara pemerintah, buruh, dan pengusaha.
“Forum formal dan rutin sangat diperlukan. Dengan begitu, semua pihak bisa duduk bersama sejak awal untuk membahas isu-isu strategis sebelum berkembang menjadi konflik,” jelasnya.
Selain itu, ia menyarankan Pemprov Sumut memperluas program pelatihan keterampilan berbasis industri guna meningkatkan produktivitas tenaga kerja lokal.
Menurutnya, peningkatan kompetensi buruh menjadi kunci agar iklim kerja semakin nyaman serta selaras dengan kebutuhan dunia usaha.
“Jika buruh semakin kompeten, maka pengusaha semakin terbantu. Ini akan menciptakan hubungan yang lebih sehat,” tambahnya.
Asyari optimis, dengan gaya kepemimpinan yang terbuka dan komunikatif, Gubernur Bobby Nasution dapat terus memperkuat harmoni antara buruh dan pengusaha sehingga iklim ketenagakerjaan di Sumatera Utara semakin kondusif dan kompetitif.
“Jika pola komunikasi ini dipertahankan, Sumut akan menjadi salah satu provinsi dengan ekosistem ketenagakerjaan terbaik di Indonesia,” tutupnya.
Sebelumnya, Perwakilan Konfederasi Serikat Buruh, Donal Sitorus beberapa waktu lalu menyatakan rasa bangga terhadap sikap Bobby yang turun langsung menemui massa ketika mereka melakukan penyampaian aspirasi di Kantor Gubernur Sumut bersama serikat buruh lainnya terkait permintaan kenaikan upah.
“Kami sangat bangga punya gubernur seperti ini,” kata Donal. Ia menyebut ini bukan pertama kalinya Bobby menerima serikat buruh secara terbuka.
“Sudah tiga sampai empat kali kami diterima langsung. Gubernur sebelumnya mana mau seperti ini,” ujarnya.***












