Makna Besar dari Hal Kecil
Dalam pidatonya, Irjen Whisnu juga menyelipkan kisah sederhana namun penuh makna.
Ia menuturkan bagaimana pagi hari sebelum upacara, ia menghadapi saluran air kamar mandi rumahnya yang tersumbat karena rambut-rambut halus.
“Rambut itu kecil, tapi kalau jumlahnya banyak dan menumpuk, bisa menyumbat aliran air.
Dari sana saya merenung, hal-hal kecil jika dilakukan terus-menerus dan bersama, bisa membawa dampak besar. Begitu pula Polri.
Jika setiap anggota berbuat benar secara konsisten, dampaknya luar biasa bagi masyarakat,” ucapnya.
Pesan ini bukan hanya sekadar ilustrasi, tapi sebuah filosofi perubahan.
Bahwa revolusi pelayanan publik tidak selalu datang dari kebijakan besar, tapi bisa tumbuh dari sikap kecil yang dilakukan dengan ketulusan dan berkesinambungan.
Menjadi Lebih Bijaksana di Usia ke-79
Menginjak usia ke-79, Kapolda mengajak seluruh anggota Polri untuk menunjukkan kematangan, kedewasaan, dan ketenangan dalam bertugas.
“Polri sudah tidak muda lagi. Ini saatnya kita bertindak bijak, tidak mudah marah, dan tidak emosional.
Jika ada masyarakat yang salah, tegurlah dengan santun,” tuturnya, memberi penekanan bahwa kekuatan seorang penegak hukum sejati bukan terletak pada kekuasaan, tetapi pada kebijaksanaan.
Momentum Perubahan dan Harapan Baru
Peringatan Hari Bhayangkara ke-79 di Mapolda Sumut menjadi lebih dari sekadar acara seremonial.
Ia berubah menjadi ruang refleksi kolektif bagi seluruh insan Bhayangkara di Sumatera Utara, untuk memperkuat kembali semangat pelayanan, kepercayaan publik, dan profesionalisme dalam penegakan hukum.
“Polri untuk Masyarakat” bukan hanya slogan di baliho atau spanduk.
Ia adalah komitmen, arah perubahan, dan janji moral bahwa Polri hadir untuk melindungi, mengayomi, dan melayani rakyat dengan sepenuh hati.(mps)