METROSERGAI.com – Jeroan atau organ dalam hewan seperti hati, usus, paru, ginjal, dan otak kerap menjadi sajian favorit banyak orang.
Diolah menjadi gulai, sambal goreng, atau sate, jeroan memang memiliki rasa yang gurih dan tekstur yang unik.
Namun di balik kenikmatannya, tersimpan risiko kesehatan yang tidak bisa dianggap remeh, terutama soal kadar kolesterol jahat (LDL) yang dikandungnya.
Tak banyak yang menyadari bahwa jeroan termasuk salah satu penyumbang terbesar kolesterol jahat dalam tubuh.
Kolesterol jahat ini berperan besar dalam penyumbatan pembuluh darah yang dapat memicu berbagai penyakit kronis seperti stroke dan serangan jantung.
Berikut ini beberapa jenis jeroan dengan kandungan kolesterol yang tinggi:
1. Otak Sapi
Otak sapi menempati urutan teratas dalam hal kandungan kolesterol.
Dalam 100 gram otak sapi, terdapat lebih dari 2.000 miligram kolesterol.
Angka ini jauh melampaui batas konsumsi harian yang dianjurkan.
Tak heran jika otak sapi dianggap sebagai ‘bom kolesterol’ bagi tubuh.
2. Hati Sapi dan Ayam
Meskipun mengandung zat besi dan vitamin A yang tinggi, hati juga menyimpan kolesterol dalam jumlah besar, yakni sekitar 500 hingga 600 miligram per 100 gram.
Konsumsi hati sebaiknya dilakukan dengan sangat bijak, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat kolesterol tinggi.
3. Paru-Paru
Paru, terutama paru sapi yang biasa diolah menjadi paru goreng atau sambal paru, juga menyumbang kolesterol yang cukup tinggi.
Meski tidak setinggi otak atau hati, tetap saja berpotensi meningkatkan kadar LDL jika dikonsumsi berlebihan.
4. Usus dan Babat
Dua bagian ini sering menjadi menu favorit di warung nasi atau sate padang.
Kandungan kolesterolnya memang lebih rendah dibanding otak atau hati, namun tetap signifikan jika dikonsumsi terlalu sering atau dalam porsi besar.
Berapa Batas Aman Konsumsi Kolesterol?
Menurut pedoman kesehatan dari berbagai lembaga medis, batas konsumsi kolesterol yang disarankan dalam sehari adalah maksimal 300 miligram untuk orang dewasa.
Namun, sebagian besar ahli gizi kini lebih menekankan pentingnya pola makan secara keseluruhan daripada hanya fokus pada angka spesifik.
