Hilangnya nilai sejarah yang harusnya dipelajari dan dihargai justru tergantikan akan kebutuhan hiburan dan konsumsi visual.
Bukankah hal ini bisa kita sebut sebagai pengingkaran terhadap sejarah atau bahkan eksploitasi atas warisan yang ada.
Bukankah seharusnya pemerintah setempat dapat melestarikan bangunan tersebut dengan upaya perlindungan budaya tanpa harus menghilangkan nilai sejarah yang telah ada sejak lama ?.
Sartika melontarkan pisau tajam kepada pembaca diakhir puisinya “kalian ingat sejarah yang terbakar?” kalimat ini seolah menjadi pisau tajam terhadap memori kolektif masyarakat yang mulaimemudar.
Sartikaseolah bertanya sejauh manakita, sebagai masyarakat mengingat dan memahami sejarah kesawan yang mulai terlupakan.
Kesawan,yang dipilih sebagai latar dalam puisi ini,bukan hanya sekadar merujuk pada satu lokasi geografis,tetapi juga berfungsi sebagai simbol dari sebuah kota yang penuh dengan lika-liku sejarah.
Kesawasan yang hingga kini tetap menjadi pusat perdagangan,menyimpan sejarah panjang tentang perkembangan ekonomidansosial Kota Medan.
Sedih rasanya ketika melihat tempat ini telah bertransformasi menjadi destinasi wisata modern,dimana banyak orang datang hanya untuk berfoto-foto demi mendapatkan gambar yang estetika.
Dan mengsampingkan pentingnya pengakuan terhadap sejarah yang ada di kesawan.
Kekhawatiran pembaca muncul saat mengkritisi puisi ini, apakah identitas dan kesadaran kolektif terhadap perjuangan sosial yang melekat di tempat tersebut akan semakin tergerus?.
Hanya karna memberi ruang bagi industri parwisata modern yang lebih mengutamakan kepuasan visual semata daripada pemahaman akan konteks sejarah yang ada.
Sartika Sari mengingatkan kita bahwa sejarah bukan hanya untuk dikenang,tetapi juga untuk dipahami agar dapat membentuk identitas dan arah masa depan yang lebih baik.
Karya-karyanya mengajak pembaca untuk melihat hubungan antara masa lalu,kota,danindividudidalamnya,sehinggakitatidakhanyamenjadipenontonperubahan, tetapi juga bagian dari sejarah yang terus berjalan.(Penulis : Daniel Klose Sianturi,Debora Joafri Sipayung,Samira Dea Sapana,Siti
Rahimah)












