Untuk dibagikan kepada warga terdampak bencana serta kelompok masyarakat yang membutuhkan.
Di sela kegiatan sosial, Dr. Fauzi menyempatkan diri mengunjungi sejumlah masjid yang menjadi tempat berlindung warga saat banjir.
Ia menyaksikan langsung kondisi bangunan ibadah yang nyaris hancur akibat hantaman balok-balok kayu besar yang terbawa arus.
Dari hasil pengamatannya, Dr. Fauzi menyoroti persoalan lingkungan sebagai akar bencana.
Menurutnya, musibah yang terjadi tidak bisa semata-mata dikaitkan dengan praktik illegal logging, melainkan kuat diduga akibat pembabatan hutan secara legal namun masif.
“Jumlah kayu yang terbawa banjir sangat besar. Mustahil semua itu keluar tanpa izin atau setidaknya tanpa pembiaran dari pihak-pihak yang memiliki kewenangan,” ujarnya tegas.
Lebih dari sekadar menyalurkan bantuan, kehadiran Dr. Muhammad Fauzi di Aceh Tamiang menjadi simbol keberpihakan pada kemanusiaan dan keberanian menyuarakan kebenaran.
Ia tidak hanya mengulurkan tangan bagi warga yang terdampak, tetapi juga mengingatkan bahwa bencana sering kali merupakan akumulasi dari kerusakan alam yang dilegalkan.
Di tengah luka lingkungan yang belum pulih dan keterbatasan masyarakat, sosok seperti Dr. Fauzi hadir sebagai pengingat bahwa empati, integritas, dan keberanian masih hidup dan sangat dibutuhkan Indonesia hari ini.(edwin)
