Gejalanya meliputi ruam merah pada kulit, rasa gatal, hingga pembengkakan pada bagian tubuh tertentu.
3. Gangguan Perkembangan Otak
Pewarna sintetis juga dikaitkan dengan gangguan pada sistem saraf anak.
Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi pewarna makanan tertentu secara berlebihan dapat memengaruhi perilaku balita, seperti meningkatkan hiperaktivitas (ADHD) dan menurunkan konsentrasi.
Hal ini tentu berdampak pada kemampuan belajar anak di masa depan.
4. Kerusakan Organ dalam Jangka Panjang
Pewarna berbahaya seperti Rhodamin B dan Methanil Yellow dapat menumpuk di dalam tubuh apabila dikonsumsi secara terus-menerus.
Akibatnya, organ penting seperti hati dan ginjal menjadi rusak.
Bahkan, beberapa pewarna ilegal ini diketahui bersifat karsinogenik, yang berarti dapat memicu kanker.
Mengapa Pewarna Berbahaya Masih Digunakan?
Meskipun pemerintah telah melarang penggunaan pewarna tertentu, masih banyak produsen makanan nakal yang menggunakan bahan ini demi alasan ekonomi.
Pewarna sintetis seperti Rhodamin B lebih murah dan memberikan warna yang lebih mencolok, sehingga mereka lebih memilih menggunakannya dibandingkan pewarna alami yang harganya lebih mahal.
Kurangnya pengawasan serta rendahnya kesadaran masyarakat tentang bahaya pewarna ini juga menjadi alasan mengapa makanan berbahaya tersebut masih banyak dijual.
Cara Melindungi Balita dari Bahaya Pewarna Makanan
Sebagai orang tua atau pengasuh, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk melindungi anak dari bahaya pewarna makanan:
1. Pilih Makanan dengan Pewarna Alami
Prioritaskan jajanan atau makanan yang menggunakan pewarna alami.
Misalnya, kue berwarna hijau dari daun pandan atau warna kuning dari kunyit.
2. Baca Label Kemasan dengan Teliti
Jika membeli makanan kemasan, perhatikan labelnya.
Pastikan makanan tersebut memiliki izin edar dari BPOM dan tidak mengandung bahan-bahan yang mencurigakan.
3. Hindari Membeli Jajanan Asal-asalan
Sebisa mungkin, hindari membeli jajanan dari pedagang kaki lima yang tidak jelas bahan dan cara pembuatannya.