Susu yang dihasilkan peternakan Sandi saat ini disalurkan melalui kerja sama antara Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kota Cimahi dan Koperasi Jagri.
Setiap minggu, sebanyak tiga kali SPPG membagikan susu kepada 3.500 siswa penerima manfaat.
Kebutuhan susu mencapai 370 liter per distribusi, namun saat ini produksi baru mampu memenuhi sekitar 150 liter per hari.
“Kami baru bisa memenuhi sebagian dari kebutuhan.
Ini jadi peluang besar bagi kami untuk meningkatkan kapasitas kandang dan produksi.
Target kami jelas, bukan hanya menyuplai susu, tapi juga menyerap lebih banyak tenaga kerja lokal,” tegas Sandi.
Tak hanya bagi peternak, program MBG juga memberikan efek domino bagi sektor UMKM di sekitar.
Dengan meningkatnya aktivitas produksi, permintaan terhadap pakan, alat ternak, hingga jasa transportasi juga naik.
Sandi melihat ekosistem ini sebagai sesuatu yang perlu terus dijaga dan dikembangkan.
“Awalnya banyak warga sekitar yang hanya bekerja serabutan.
Sekarang mereka punya pekerjaan tetap dan keahlian baru.
Program MBG ini bukan cuma soal gizi anak-anak, tapi juga tentang memperkuat ekonomi masyarakat kecil,” ungkapnya.
Di tengah tantangan peternakan modern, Sandi justru menunjukkan bahwa dunia peternakan adalah ladang pengabdian sekaligus peluang bisnis yang menjanjikan.
Ketika banyak rekannya memilih jalur pekerjaan kantoran setelah lulus kuliah, ia tetap setia di kandang, membuktikan bahwa menjadi peternak bisa membawa manfaat besar bagi diri sendiri, masyarakat, dan negara.(tmp)
