“Budaya adalah alat pemersatu yang harus terus dijaga. Generasi muda harus memahami bahwa nilai-nilai kebangsaan bukan sekadar teori, tetapi harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa keberagaman budaya Indonesia justru menjadi modal sosial yang sangat berharga.
Jika generasi muda mampu memahami dan menerapkan nilai-nilai kebangsaan, maka persatuan Indonesia akan tetap kokoh meskipun terdiri dari berbagai suku, agama, dan budaya yang berbeda.
Menyiapkan Generasi Muda Menuju Indonesia Emas 2045
Sementara itu, akademisi Prof. Dr. Agussani, M.AP. menyoroti pentingnya persiapan generasi muda dalam menghadapi tantangan global di tahun 2045.
Ia menjelaskan bahwa Indonesia akan mengalami bonus demografi, di mana jumlah penduduk usia produktif akan mencapai puncaknya.
“Bonus demografi bisa menjadi berkah, tetapi juga bisa menjadi bencana jika tidak dikelola dengan baik.
Jika kita tidak menyiapkan generasi muda yang kompetitif, maka kita akan kesulitan mencapai visi Indonesia Emas,” jelasnya.
Menurutnya, perguruan tinggi harus berperan lebih aktif dalam membentuk karakter serta kompetensi generasi muda.
Pendidikan bukan hanya soal akademik, tetapi juga bagaimana membentuk moral, integritas, dan semangat kebangsaan yang tinggi.
Pancasila sebagai Pedoman Hidup
Menambah semangat kebangsaan dalam dialog ini, motivator nasional Putra Andica Siagian memberikan pemaparan inspiratif mengenai Pancasila sebagai identitas bangsa.
Ia mengingatkan bahwa Pancasila bukan sekadar slogan yang dihafalkan, melainkan harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan sosial bukan hanya teori, tetapi harus menjadi pedoman dalam setiap tindakan kita,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa generasi muda harus memahami bahwa keberagaman adalah kekuatan, bukan pemecah belah.
“Gotong royong, toleransi, dan rasa cinta tanah air harus terus dipupuk. Kita tidak boleh terpecah hanya karena perbedaan suku, agama, atau budaya.












