METROSERGAI.com – Jengkol, atau dikenal juga sebagai Archidendron pauciflorum, adalah salah satu makanan yang sangat populer di Indonesia.
Meski aromanya tajam dan khas, banyak orang yang menyukainya karena rasanya yang unik dan teksturnya yang lembut ketika dimasak.
Sayangnya, jengkol sering kali dianggap sebagai penyebab asam urat.
Namun, apakah benar jengkol bisa memicu asam urat? Artikel ini akan membahas hubungan antara konsumsi jengkol dan risiko asam urat, serta bagaimana cara menikmatinya tanpa khawatir kesehatan terganggu.
Mengapa Jengkol Dituduh Sebagai Penyebab Asam Urat?
Jengkol mengandung senyawa kimia bernama asam jengkolat (jengkolic acid), sejenis asam amino yang tidak larut dalam air.
Senyawa ini dapat membentuk kristal di ginjal atau saluran kemih jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan.
Selain itu, jengkol juga mengandung purin, zat yang diubah tubuh menjadi asam urat.
Ketika kadar asam urat dalam darah meningkat, risiko terbentuknya kristal di persendian juga meningkat, yang dapat menyebabkan peradangan dan rasa sakit, atau yang dikenal sebagai gout (asam urat).
Oleh karena itu, konsumsi jengkol yang berlebihan dapat memperparah kondisi ini, terutama pada individu yang sudah memiliki riwayat asam urat tinggi.
Kandungan Nutrisi Jengkol
Meski sering dianggap “bermasalah,” jengkol sebenarnya memiliki banyak manfaat nutrisi.
Beberapa kandungan gizi dalam jengkol meliputi:
1. Protein – Membantu regenerasi sel tubuh.
2. Vitamin C – Berperan sebagai antioksidan dan meningkatkan daya tahan tubuh.
3. Zat Besi – Membantu mencegah anemia.
4. Kalsium dan Fosfor – Baik untuk kesehatan tulang dan gigi.
5. Serat – Membantu melancarkan pencernaan.
Bagaimana Jengkol Dapat Menyebabkan Masalah Kesehatan?
Kunci dari masalah kesehatan akibat jengkol adalah kadar asam jengkolat dan purin.
Asam Jengkolat: Senyawa ini dapat membentuk kristal yang sulit larut, terutama jika dikonsumsi dalam jumlah besar atau jika tubuh kekurangan cairan.
Purin: Tubuh akan mengubah purin menjadi asam urat.
Jika kadar asam urat terlalu tinggi, tubuh akan kesulitan mengeluarkannya melalui urin, sehingga menumpuk dan menyebabkan gout.