METROSERGAI.com – Warna-warna cerah yang mencolok sering kali menjadi daya tarik utama jajanan anak-anak.
Siapa yang tak tergoda melihat permen merah menyala atau es krim berwarna biru terang?
Namun, di balik keindahan warna tersebut, terdapat potensi ancaman serius yang mengintai kesehatan, terutama bagi balita yang masih dalam tahap pertumbuhan.
Penggunaan pewarna makanan, khususnya pewarna sintetis ilegal, adalah salah satu isu yang perlu mendapatkan perhatian lebih dari orang tua dan masyarakat.
Pewarna dalam Makanan: Kenali Jenis dan Pengaruhnya
Tidak semua pewarna dalam makanan berbahaya.
Ada tiga kategori utama pewarna makanan yang biasa ditemukan dalam produk makanan, yaitu pewarna alami, pewarna sintetis yang diizinkan, dan pewarna sintetis ilegal.
1. Pewarna Alami
Pewarna alami berasal dari bahan-bahan yang terdapat di alam seperti kunyit (kuning), daun pandan (hijau), atau buah bit (merah).
Pewarna ini relatif aman untuk digunakan karena tidak mengandung bahan kimia tambahan yang berbahaya.
Selain memberikan warna yang menarik, pewarna alami juga sering kali memiliki manfaat kesehatan, seperti kandungan antioksidan.
2. Pewarna Sintetis yang Diizinkan
Pewarna ini dibuat secara kimiawi, tetapi telah melalui pengujian ketat dan disetujui oleh badan pengawas makanan seperti BPOM.
Penggunaannya harus sesuai dengan batas aman yang telah ditetapkan. Contoh pewarna sintetis yang legal adalah tartrazin (kuning) atau eritrosin (merah muda).
3. Pewarna Sintetis Ilegal
Pewarna jenis ini adalah ancaman utama.
Pewarna seperti Rhodamin B (merah) dan Methanil Yellow (kuning) sebenarnya adalah pewarna tekstil atau cat yang tidak dirancang untuk dikonsumsi manusia.
Namun, karena harga yang murah, beberapa oknum pedagang menggunakan pewarna ini untuk meningkatkan daya tarik visual produk mereka.
Pewarna ini sangat berbahaya bagi tubuh manusia, terutama balita, karena organ mereka masih dalam tahap perkembangan.
Bahaya Pewarna Ilegal bagi Balita
Mengonsumsi makanan yang mengandung pewarna sintetis ilegal dapat memberikan dampak langsung maupun jangka panjang pada kesehatan balita.